Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Kidung Cinta Arya Kamandanu | Film Tutur Tinular

Bagi kalian yang lahir ditahun sembilan puluhan tentu sudah tidak asing lagi dengan istilah kata arya kamandanu atau Tutur Tinular, yang mana film tutur tinular dan sandiwara radio Tutur tinular ini pada saat itu sangat populer sekali. 

Banyak sekali cerita cerita menarik dari film yang berjudul Tutur Tinular ini, saya sendiri pada masa masa itu sampai ketiduran, karena saking asyiknya mendengarkan sandiwara radio yang berjudul Tutur Tinular. Dan mungkin anda juga ingin tahu sebenarnya cerita menarik apa saja dari film tutur tinular ini, yuk mari kita  simak terus artikel ini sampai selesai.  

Pada zaman kerajaan singosari didesa kurawan terlahir dua orang bersaudara dari keluarga tukang pandai besi. Arya Kamandanu dan Arya Dwipangga, dari kedua bersaudara ini sama sama memiliki kelebihan yang berbeda dengan ayahnya Mpu Hanggareksa. 

Arya Kamandanu lebih memilih untuk berkelana menemukan jati diri dan ngangsu kaweruh pada Mpu Ranubaya yang juga pendekar linuwih. Sedangkan kakaknya yaitu, Arya Dwipangga lebih memilih belajar sastra dengan puisi puisi cinta guna untuk memikat hati para wanita.

Suatu ketika Arya Kamandanu jatuh cinta kepada gadis desa bernama Nari Ratih. Jalinan kisah cinta keduanya bak sepasang burung merpati. Namun tiba tiba masuklah Arya Dwipangga dengan rayuan puisi puisi cinta yang berhasil menipu kepolosan Nari Ratih. Berikut adalah Syair andalan Arya Dwipangga yang membuat Nari Ratih Klepek Klepek dibuatnya.

Syair Cinta Arya Dwipangga Untuk Menaklukan Hati Nari Ratih


Pelangi muncul diatas kurawan
Warnanya indah bukan buatan
Seorang gadis terngangga keheranan
Rambutnya tergerai jatuh ke pangkuan

Sekumtum cempaka sedang mekar ditaman sari desa Manguntur
Kelopaknya indah tersenyum segar
Kan kupetik cempaka itu untuk kubawa tidur malam nanti

Ku buka daun jendela dan terbayang malam yang indah di hiasi chandra kartika Di bulan Waisya ini. Sepuluh kali aku melewati pintu rumahmu yang masih rapat terkancing dari dalam Kapan kau buka Wahai sang dewi puspa

Pelangi itu muncul lagi membuat garis melengkung ke langit yang  tinggi, daun daun ilalang diterpa angin gemerisik membangunkan tidurku dari mimpi mimpi buruk.

Di batas tugu yang indah ini ku pahat dengan bermandikan keringat kasih
Kalau kau tatap mega yang berbunga bunga disanalah aku duduk menunggu pintu maafmu terbuka

Pelangi senja mengantarkan burung burung pulang ke sarangnya
Domba domba pulang ke kandangnya
Tapi aku hendak kemana
Apa yang kulakukan menjadi tak berharga selama senyummu masih kau sembunyikan di balik keangkuhan hatimu

Nari Ratih......!
Kau adalah sebongkah batu karang di lautan, tapi aku adalah angin yang selalu sabar setia sampai langit di atas terbelah dua aku akan membelai namamu bagaikan bunga surga

Jika hari telah tidur dipangkuan malam
Kukirim bisikan hatiku ini bersama angin, biarpun malam pucat kedinginan
Biarpun bintang merintih di langit yang jauh, aku akan tidur dengan tenang
Sambil memeluk senyummu dalam kehangatan mimpiku

Aku sudah berkelana mencari cinta ke desa desa yang jauh di sana, akhirnya di candi walandit kupuaskan dahagaku.

Syair Arya Dwipangga Kidung Asmarandhana


Putih bunga ilalang seputih cintaku, semilir angin meniupkan tembang asmaradana. merasuk sukma menebar renjana

Oh...Kamajaya...Oh...Kamaratih...
Sulit aku menolak anak panah cintamu, yang kau hujam ke ulu hati menjadi benih tumbuh mengakar pohon asmaraku

Aku tahu pintu kamarmu rapat terkunci, tapi aku akan mengetuknya beribu kali. Seisi bumi dan langit tujuh petala jadi saksi penyesalan dwipangga memadati rongga hati

Nari Ratih, kau sebongkah batu karang tegar. tapi kesabaranku adalah tegas air mata, yang pelan akan menembus kerasnya hatimu

Rinai hujan sore seperti air mata kesedihan. tanpa angin tanpa pelangi Itulah tangis harapanku yang Sia Sia

Dengan lantunan nada syair sayair arya dwipangga yang begitu mengoyak hati nari ratih. Akhirnya nari ratih terbuai dan hanyut dalam indahnya kebahagiaan bersama calon kakak ipar yaitu Arya Dwipangga.

Nari Ratih akhirnya hamil! dan seketika itu pula Arya Kamandanu patah hati mendapati kabar tersebut. Arya Kamandanu mencoba melupakan kisah pilu cintanya pada Nari Ratih dengan belajar ilmu kanuragan pada Mpu Ranubaya.

Di saat Arya Kamandanu belajar ilmu kanuragan dan ilmu kadigjayaan, Mpu Ranubaya pergi meninggalkan Desa Kurawan lantaran dituduh menjadi pengkhianat Kerajaan Singosari.

Tuduhan tersebut muncul karena ia tidak mau menjadi abdi ndalem kerajaan singosari. Mpu Ranubaya pergi menyeberang ke Negeri Cina dengan tujuan membuat pusaka terakhir yang kelak diberi nama Pedang Naga Puspa. Hal inilah yang membuat Arya Kamandanu merasa bingung mencari guru untuk belajar ilmu kanuragan dan kadigjayaan.

Singkat cerita, Mpu Ranubaya bunuh diri dengan Pedang Naga Puspa karena tidak ingin menyerahkan pedang pusaka tersebut kepada Kerajaan Mongolia. Namun sebelum meninggal Mpu Ranubaya berpesan kepada Mei shin dan Kakak Lao agar menyerahkan pedang tersebut kepada Arya Kamandanu.

Kisah cinta Arya Kamandanu yang kedua bermula dari pertemuan dengan Mei Shin (istri Kak Lao) saat keduanya sedang bertarung menghadapi para prajurit dari Kerajaan Gelang Gelang. Ketika itu, Kak Lao sedang luka parah terkena pukulan Segoro Geni dan Tapak Wisa milik Mpu Tong Bajil. Kak Lao akhirnya meninggal karena luka parah meskipun Arya Kamandanu sempat mencoba untuk menyembuhkan lukanya.

Perlahan benih benih cinta antara Arya Kamandanu dengan Mei Shin tumbuh mekar. Masalah kembali muncul ketika Arya Kamandanu akan menikahi Mei Shin. Arya Dwipangga kembali berulah! Ia menculik lalu meniduri Mei Shin, Mei Shin pun hamil. Seketika hati Arya Kamandanu hancur. Untuk kedua kalinya ia kembali dipaksa merasakan penderitaan akibat kelakuan bejat kakaknya. Arya Kamandanu marah dan menuntut balas, pertempuran sedarah pun tak terelakkan. Arya Dwipangga terpojok, ia terperosok ke dalam jurang setelah terkena pukulan Arya Kamandanu.

Kisah cinta terakhir Arya Kamandanu adalah dengan seorang pendekar pengelana bernama Sakawuni. Meski awalnya Arya Kamandanu menolak cinta Sakawuni, pada akhirnya ia luluh akan ketulusan cinta Sakawuni. Pernikahan keduanya dikarunai anak bernama Jambu Nada. Nama tersebut diberikan karena dampak dari ilmu sembilan naga yang menyebabkan kepala Jambu Nada bersisik. Akhirnya, Arya Kamandanu harus menerima kenyataan menjadi orang tua dari anak-anak keturunan kakaknya. Panji Ketawang, anak dari Nari ratih dan Ayu Wandira, anak dari Mei Shin.

Ajaran hidup sebagai seorang laki-laki yang rela dan ikhlas menerima kenyataan pahit kisah cinta dalam kehidupan begitu kuat diperankan karakter Arya Kamandanu. Ia tetap tegar meskipun cintanya yang teramat besar dihancurkan dua kali oleh saudara kandung. Hebatnya, karena ketegaran dan sifat welas asih yang dimiliki Kamandanu, ia tetap mau merawat dan membesarkan semua buah hati kakaknya tersebut.

Dari Arya Kamandanu pula kita diajarkan mengenai takdir Tuhan akan adanya jodoh. Bahwa jodoh sudah digariskan, tak bisa diubah dan harus dilalui dengan ikhlas dengan segenap ikhtiar dan do’a pada yang maha kuasa. Manusia hanya bisa berusaha, untuk selebihnya biarkan Tuhan yang memutuskan.

Oke ya teman teman demikianlah kisah Cerita Cinta antara Arya Dwipannga dan Nari Ratih. Semoga semua kisah ini bisa dijadikan pelajaran dan bisa membuat diri kita lebih baik lagi dari sebelumnya. Ini hanyalah cerita semata, contoh yang baik bisa kita ambil, dan contoh yang buruk seperti arya dwipangga kalau bisa jangan ditiru

Arief Setiawan
Arief Setiawan Blogger Yang senang berbagi ilmu

Posting Komentar untuk "Kidung Cinta Arya Kamandanu | Film Tutur Tinular"